Statistik Pengunjung

Visitor: 0 Orang

Self Care

Self Care

Cara Sederhana untuk Melatih Mindfulness





Apa Itu Mindfulness?

Mindfulness adalah kemampuan untuk hadir sepenuhnya di momen saat ini tanpa memberi penilaian. Ini tentang memperhatikan apa yang sedang kita alami tanpa terganggu oleh pikiran atau perasaan negatif. Mindfulness berasal dari praktik meditasi Buddha yang kemudian menyebar ke berbagai budaya dan diakui manfaatnya bagi kesehatan mental dan fisik.


Manfaat Mindfulness

Mindfulness punya banyak manfaat, mulai dari meningkatkan fokus dan ketenangan, hingga membantu kita mengatur emosi dan menghadapi tekanan hidup dengan lebih baik. Orang yang rutin berlatih mindfulness cenderung merasa lebih bahagia, nggak gampang cemas, dan lebih mudah menjalin hubungan positif dengan orang lain.


Cara Melatih Mindfulness dalam Keseharian

Latihan mindfulness nggak harus dilakukan dalam sesi meditasi panjang. Kamu bisa melakukannya lewat aktivitas sehari-hari, misalnya:

  • Pilih Aktivitas Spesial

Meski kita melakukan banyak hal setiap hari, pilih satu aktivitas yang terasa spesial buat mu. Misalnya, kalau kamu punya anak atau peliharaan, kamu bisa pilih bermain bersama mereka sebagai latihan mindfulness.

  • Fokus pada Momen Itu

Saat melakukan aktivitas tersebut, berusahalah untuk sepenuhnya hadir. Jangan terganggu oleh hal-hal lain, baik itu pikiran, handphone, atau pekerjaan lain. Nikmati setiap detik dari aktivitas yang sedang kamu lakukan.

  • Sadari Jika Perhatianmu Teralih

Nggak apa-apa kalau tiba-tiba pikiranmu melayang ke hal lain. Itu normal, kok. Otak kita memang sering menghasilkan banyak pikiran. Yang penting, kamu sadari ketika itu terjadi, dan perlahan kembalikan perhatianmu ke aktivitas yang sedang berlangsung.

  • Bawa Kembali Fokusmu Tanpa Menilai Diri

Jangan marah atau menilai diri sendiri ketika pikiranmu teralih. Alihkan fokus kembali ke momen saat itu dengan perlahan dan sabar. Ini adalah bagian penting dari latihan mindfulness menyadari ketika kita kehilangan fokus, dan dengan tenang membawa pikiran kita kembali ke momen yang sedang dijalani.


Latihan ini berulang setiap kali perhatian kita teralihkan. Jadi, mindfulness bukan hanya soal menjaga fokus di momen saat itu, tapi juga tentang kesadaran bahwa kita sering teralihkan, dan bagaimana membawa diri kita kembali ke momen yang penting.


Mulai Praktik Sekarang!

Dengan latihan sederhana ini, kita bisa melatih mindfulness di tengah rutinitas. Nggak perlu waktu khusus, cukup lakukan di sela-sela aktivitas harian. Mulai dari sekarang, yuk coba latih mindfulness di keseharian, agar kesehatan fisik dan mental kita tetap terjaga.


Kalau kamu butuh bantuan professional untuk membantumu dalam melatih mindfulness kamu bisa klik link dibawah ini ya aditers : https://www.aditipsychocenter.com/cari-psikolog

Baca Selengkapnya
Self Care

Melatih Growth Mindset Anak? Ini Dia Hal yang Bisa Orang Tua Lakukan!






Growth mindset atau pola pikir berkembang merupakan pemahaman akan kemampuan dirinya yang bisa dikembangkan (Mindset Works, n.d. dalam Ackerman, 2018). Individu percaya bahwa dirinya bisa lebih baik dari segi kecerdasan, bakat, dan lainnya jika meluangkan waktu serta usaha. Berbeda dengan fixed mindset atau pola pikir tetap merupakan pola pikir yang mengasumsikan bahwa kemampuan dan pemahaman akan relatif tetap (Ackerman, 2018). Individu tidak percaya bahwa kecerdasan dan lainnya bisa ditingkatkan serta berpatokan pada ada atau tidaknya kemampuan atau bakat. 


Ternyata, berdasarkan penelitian Tao, et. al (2022) dikatakan bahwa individu dengan growth mindset kurang rentan terhadap masalah kesehatan mental dibandingkan individu dengan fixed mindset, loh! Lai, et. al (2022) juga mengatakan bahwa growth mindset memiliki efek positif sepanjang masa bagi kesehatan mental remaja. Tidak hanya itu, growth mindset juga dapat mendorong anak untuk semangat belajar dan lebih mudah dalam menghadapi tantangan baru (Millacci, 2021). Anak dengan growth mindset juga cenderung lebih mudah bangkit dari kegagalan (Schroder et al., 2017 dalam Millacci, 2021). 



Fakta ini menjadi urgensi bagi orang tua untuk terus melatih diri serta anak sejak kecil dalam rangka memiliki pola pikir berkembang. Hal ini dikarenakan orang tua memiliki dampak yang kuat dalam mindset anak (Mindset Works, n.d.). Tidak hanya baik untuk anak, tetapi dengan pola pikir berkembang mampu membantu pola pengasuhan orang tua menjadi lebih mudah untuk dijalani. 


Cara Orang Tua Melatih Growth Mindset Anak (Mindset Works, n.d.):

  1. Apresiasi anak untuk kerja kerasnya, bukan hanya atas sesuatu yang terberi. Contohnya lebih baik mengatakan “Wah kamu dapat nilai bagus! Selamat ya, Nak. Ibu/ayah memang melihat bagaimana kamu belajar dengan tekun kemarin.” daripada dengan mengatakan “Wah pintar sekali anak ibu/ayah, jadi dapat nilai bagus ya.”.
  2. Ajak bicara tentang otak dan mindset dengan penjelasan yang mudah dipahami. Ajari anak untuk paham bahwa dirinya benar-benar memiliki kendali atas pertumbuhan otaknya melalui tindakan memberdayakan yang mereka lakukan. Berikan contoh-contoh aplikatif seperti kerja keras, latihan, dan berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Sehingga, motivasi anak meningkat.
  3. Menerima kesalahan sebagai kesempatan untuk belajar. Coba bersama anak membicarakan kesalahan dan tantangan dengan tidak hanya fokus pada perasaan negatif nya saja. Bantu anak untuk mengenal apa yang dirasakan akan kesalahan dan tantangan tersebut, tetapi tidak lupa untuk memberdayakan. Bantu juga anak untuk paham bahwa menghadapi sesuatu yang sulit membantu diri untuk tubuh, namun yang terpenting sesuai dengan kapasitas diri.
  4. Memahami peran emosi dalam proses belajar. Bersama anak penting untuk peka terhadap emosi. Coba untuk belajar melabeli, mengetahui alasan dari emosi yang dirasakan, proses dengan baik, dan cari cara untuk mengatasinya. Bantu anak untuk belajar dari proses emosi tersebut. 


Penerapan Cara Melatih Growth Mindset (Millacci, 2021):

  1. “The hard thing” rule

Anak diminta untuk memilih tugas yang sulit, seperti mengikat tali sepatu, menjawab 10 tambahan soal dalam waktu 1 menit, dan lain sebagainya.

  1. Grit pie exercise

Ilustrasikan sebuah pai. Anggap pai sebagai masalah dan setiap potongannya merupakan kemungkinan dari penyebab masalah tersebut. Minta anak untuk identifikasi penyebab mana yang permanen atau sementara dan observasi apakah anak menyalahkan diri sendiri atau orang lain. Dalam proses ini, bantu anak untuk memandang masalah sebagai hal yang sementara dan anak memiliki kendali untuk menghadapi, menyelesaikan, serta membuat perubahan pada aspek yang bisa dikontrol.

  1. Diskusi rutin

Sediakan waktu untuk diskusi rutin bersama anak untuk membahas terkait area perkembangan diri, bagaimana meningkatkan tingkat kepercayaan diri, tantangan yang dihadapi dan bagaimana menghadapinya, dan tanyakan akan hal sulit yang anak temui. Beberapa pertanyaan dan pernyataan yang bisa diajukan:

  • Apa yang otakmu katakan?
  • Apa bagian yang paling susah? Dan bagaimana mengatasi hal tersebut?
  • Apa tantangan yang sudah berhasil kamu atasi?
  • Apa strategi favorit yang kamu gunakan untuk menghadapi tantangan?
  • Kesalahan apa yang membuatmu belajar akan sesuatu?
  • Apa tantangan yang kamu hadapi hari ini dan strategi apa yang kamu gunakan?
  • Yuk coba kita bahas apa cara yang sudah kamu coba dan cara apa yang akan kamu coba selanjutnya
  1. Bagan perbandingan

Buatlah beberapa kondisi yang menunjukkan pola pikir berkembang dan pola pikir tetap, minta anak untuk mengklasifikasikan kondisi tersebut sesuai dengan pemahamannya.

  1. Buku/film/permainan yang berhubungan dengan pola pikir berkembang


Itu lah beberapa cara dan aktivitas yang bisa dilakukan bersama anak. Namun, sebagai orang tua juga perlu ikut belajar dan memiliki pondasi akan pola pikir berkembang agar tidak hanya anak yang terus berproses, tetapi juga orang tua. 



Referensi: 

Ackerman, C. E. (2018). Growth mindset vs. fixed + key takeaways from Dweck’s book.

Diakses pada tanggal 28 November 2022 dari https://positivepsychology.com/growth-mindset-vs-fixed-mindset/#definition-growth-mindset

Lai, X., et al. (2022). Effect of growth mindset on mental health two years later: The role of

smartphone use. Int J Environ Res Public Health, 19(6)

Mindset Works. (n.d.). How parents can instill a growth mindset at home. Diakses pada

tanggal 28 November 2022 dari https://www.mindsetworks.com/parents/growth-mindset-parenting#:~:text=One%20of%20the%20best%20ways,part%20of%20the%20learning%20process.

Millacci, T. S. (2021). How to nurture a growth mindset in kids: 8 best activities. Diakses

pada tanggal 28 November 2022 dari https://positivepsychology.com/growth-mindset-for-kids/

Tao, W., et al. (2022). The influence of growth mindset on the mental health and life events

of college students. Frontiers in Psychology


Kalau kamu butuh bantuan professional untuk melatih growth mindset pada anak kamu bisa klik link dibawah ini ya aditers : https://www.aditipsychocenter.com/cari-psikolog

Baca Selengkapnya
Self Care

Toxic Relationship: Saat Cinta Berubah Jadi Ancaman





Kamu Pernah Ngalamin Ini?

“Aku kemaren abis dipukul sama pacar ku karena dia marah aku buat salah”

“Eh pacar ku juga sering memutarbalikkan fakta yang ada, tapi itu udah biasa sih jadi aku udah terbiasa” 

“Ah itu karena aku yang salah makanya dia kayak gitu, dia juga udah sering minta maaf dan janji ga bakal ngulangin lagi kok”


Pasti kita berharap untuk mendapatkan pasangan yang bisa membuat kita nyaman dan merasa aman saat bersamanya. Kita juga pasti berharap bahwa pasangan kita bisa memperlakukan kita dengan baik, tapi untuk membuat hubungan yang ideal dibutuhkan give and give dari kedua belah pihak. Kalau hanya salah satu pihak yang memberikan give dan pihak lain malah memberikan hal yang tidak menyenangkan bahkan menyakiti secara fisik maupun psikis, itu berarti kamu bisa saja sedang berada di toxic relationship loh..


Apa Itu Toxic Relationship?

Toxic relationship adalah hubungan yang tidak sehat untuk diri sendiri dan orang lain. Orang yang pernah mengalami hubungan yang merugikan akan merasakan konflik internal yang menyebabkan kemarahan, depresi, atau kecemasan. Hubungan yang beracun membuat sulit untuk menjalani hidup yang produktif dan sehat (https://pijarpsikologi.org/). 


Ciri-Ciri Toxic Relationship (Julianto, dkk, 2020):

  • Kekerasan verbal dan emosional

Tindakan yang diberikan oleh pelaku berupa perkataan kasar, mengancam, memanipulasi, dsb. Maka dari itu korban sering tidak menyadari bahwa mereka sedang mengalami kekerasan, karena perilaku tersebut terkadang tidak terprediksi atau korban tidak memiliki bukti yang mendukung.

  • Kekerasan seksual

Kekerasan ini berupa paksaan pelaku untuk menyentuh korban. Pelaku melakukan aksinya dengan cara memberikan ucapan dan janji manis, merayu korban sampai pelaku berhasil menguasai korban dan akhirnya pelaku melakukan aksinya.

  • Kekerasan fisik

Bentuk kekerasan kali ini dapat dilihat dengan jelas dan memiliki bukti yang mendukung. Pelaku akan berbuat kasar kepada korban seperti memukul, menendang, mendorong, dsb kepada korban.


Dampak Toxic Relationship (Forth, dkk, 2021):

Dampak yang terjadi jika kita berada dalam toxic relationship adalah Tidak percaya diri, emosi cepat berubah, cemas, panik, stres, depresi, dll. Hal ini disebabkan karena kita merasa tidak aman saat bersama pasangan kita dan merasa bahwa kita selalu melakukan kesalahan yang membuat pasangan kita melakukan hal yang tidak menyenangkan kepada kita.

Keluar Dari Toxic Relationship

  • Pahamin situasi kamu

Coba kamu pikir secara jernih, hubungan ini bikin kamu aman atau terancam?

  • Berani ambil keputusan

Kalau kamu sudah menyatakan bahwa hubungan kamu tidak aman, maka kamu harus berani untuk pergi.

  • Fokus sama diri sendiri

Sifat egois dalam situasi ini dibutuhin banget! Kamu harus fokus sama diri sendiri demi kebaikan kamu kedepannya.

  • Konsultasi dengan bantuan profesional

Kalau masih susah untuk buat keputusan, kamu boleh banget loh dateng ke psikolog. Karena seringkali kita akan melihat permasalahan tersebut dari sisi yang ingin kita lihat saja tanpa peduli sisi lain yang sebenarnya kurang baik untuk kita, hal itu bisa dibantu oleh professional agar pilihan yang kalian pilih bise objektif.


REFERENSI:

Forth, Adelle. etc. (2021). Toxic Relationships: The Experiences and Effects of Psychopathy in Romantic Relationships. International Journal of Offender Therapy and Comparative Criminology. 66(15).

Julianto, very. Cahayani, R.A. SUkmawati, S. Aji, E. S. R. (2020). Hubungan antara Harapan dan Harga Diri Terhadap Kebahagiaan pada Orang yang Mengalami Toxic Relationship dengan Kesehatan Psikologis. Jurnal Psikologi Integratif. 8(1).


Kalau kamu merasa sudah dalam hubungan yang toxic kamu bisa mencari bantuan profesional Aditi melalui link berikut : https://www.aditipsychocenter.com/cari-psikolog

Baca Selengkapnya
Self Care

Playtherapy Untuk Anak?






Pernah liat ga anak kecil yang kurang bisa mengekspresikan emosinya? Ternyata bukan cuma orang dewasa aja loh yang bisa menyimpan emosi, anak kecil juga bisa. Hah gimana ceritanya anak kecil bisa menyimpan emosi? Yuk kita bahas!


Anak-anak yang pernah mengalami trauma dalam hidupnya sering kali kurang bisa mengekpresikan emosi yang dirasakan, salah satu contohnya adalah anak yang mengalami kekerasan (Hartanto, Nisa, Agustriyana, 2017). Padahal menurut Powers, dkk (2016) trauma pada masa anak-anak bisa menjadi ingatan yang menetap dan bisa muncul saat dewasa. Karenanya kekerasan anak menjadi hal yang penting untuk diperhatikan dan harus ditindaklanjuti sesegera mungkin (Barthes &marc, 2016).


Emang trauma anak-anak cuma kekerasan aja ya? Engga dong, ada banyak trauma yang dirasakan anak-anak bisa berupa kehilangan sosok yang dekat dengannya, bisa kehilangan karena meninggal maupun perpisahan, menjadi korban bullying di sekolah, dll. Karena hal tersebut anak-anak menjadi susah untuk mengekspresikan emosi yang dirasakan sehingga butuh penanganan yang lebih serius. Salah satu cara yang bisa digunakan adalah dengan playtherapy


Emang apasih playtherapy?

Menurut Landreth (dalam Mashar, 2015) terapi bermain adalah hubungan yang dinamis antara anak dan terapis yang terlatih dalam prosedur. Terapi bermain menyediakan bahan yang dipilih untuk bermain dan memfasilitasi pengembangan hubungan yang aman untuk anak sepenuhnya mengekspresikan dan mengekplorasikan diri (perasaan, pikiran, pengalaman, dan perilaku). Anak dapat berkomunikasi secara optimal serta mengungkapkan kesulitan-kesulitan yang dirasakan membuat anak akan menjadi lebih nyaman karena berada dalam situasi yang menurutnya menyenangkan. 

Playtherapy juga bisa digunakan untuk mengintervensi anak anak yang memiliki kebutuhan khusus seperti ADHD, autism, dll. Terapi bermain berfungsi sebagai perkembangan sensori, sosial, bahasa, fisik-motorik, moral, kesadaran diri, kreatifitas dan juga nilai teraupetik (Supartini, dalam Ekasetiawati, 2017).

Gimana caranya playtherapy?

Play therapy dilaksanakan secara urut dan sistematis. Menurut (Geldard dan Geldard (2012) menyebutkan fase/ tahapan dalam pelaksanaannya, yaitu sebagai berikut: 

  1. Fase penilaian awal : Fase penilaian awal adalah saat persiapan untuk terapi. Selama fase ini, dilakukan pengumpulan informasi tentang anak dan masalah anak. 
  2. Proses konseling: 

a. Memilih media bermain yang tepat sebelum bertemu anak. Pemilihan ini didasarkan pada usia, jenis kelamin, karakteristik pribadi, dan jenis masalah emosional.

b. Bergabung dengan anak yang mempunyai kepribadian dan kebutuhan yang khusus dan unik. 

c. Mengundang anak bercerita dan memungkinkan anak bercerita adalah komponen paling inti dan efektif dari setiap proses konseling anak.

d. Pemecahan masalah. Konselor seringkali perlu untuk membantu anak memecahkan isu-isu tertentu sehingga isu ini tidak lagi mengganggu 

e. menguasai isu-isu yang ada sehingga anak tidak terganggu oleh fikiran dan ingatan yang menimbulkan kecemasan.

f. Membantu anak berpikir dan berperilaku secara berbeda untuk menyelesaikan proses konseling.


Playtherapy juga mempunya teknik yang bisa digunakan:

  1. Symbolic play techniques : Merupakan permainan yang secara simbolik memungkinkan anak untuk mengeluarkan kehidupan emosi mereka melalui permainan.
  2. Play techniques using natural media : Permainan yang menggunakan media alam seperti pasir, batu, daun palm, salju atau kristal es. Hal ini mengingat bahwa bahan- bahan alam memiliki arti/ makna bagi anak dan memiliki nilai terapetik
  3. Drawing and art techniques : Dengan melukis seseorang dapat memproyeksikan dan mengekspresikan asosiasi bebas fantasi dan asosiasi bebas
  4. Story telling, role playing, and imagery techniques : Permainan ini dapat mengeluarkan konflik didalam diri, mengenalkan cara adaptasi yang lebih sehat, dengan bertujuan untuk memunculkan insight, menanamkan nilai-nilai, dan keterampilan menyelesaikan masalah.
  5. Electronic techniques 
Permainan elektronik dapat menjadi alat untuk mengembangkan kemampuan menyelesaikan
mengendalikanagresi,
meningkatkan kemampuan
berpikir, kerjasama dan nilai-nilai interpersonal.


Referensi:

Hartanto, A.G, Nisa.A.T, Agustriyana. N.A, 2017. Intervensi Play Therapy Untuk Mengatasi Trauma Kekerasan Pada Anak Usia Dini. Jurnal Bimbingan dan Kosenling. 1(2)

Powers, A., Fani,N., Cross, N., Ressler, K.J., dan Bradley, B. (2016). Childhood trauma, PTSD, and psychosis: Findings from a highly traumatized, minority sample. Child Abuse & Neglect 58 (2016) 111–118 

Mashar, R., (2005). Play Therapy dalam Kelompok Guna Meningkatkan Emosi Positif Anak Usia Dini. Jurnal Universitas Muhamadiyah Malang.

Ekasetiawati, D. N. (2017). Play Therapy untuk Mengurangi Agresivitas pada Anak Laki-

Laki Usia Sekolah Dasar. Skripsi. Fakultas Psikologi, Universitas Muhamadiyah Malang.

Geldard, K. & Geldard, D. 2012. Penanganan Anak Dalam Kelompok. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.


Baca Selengkapnya
Self Care

Tahukah kamu Bahwa Ibu Rumah Tangga Lebih Rentan Terkena Depresi?





Penelitian yang dilakukan oleh National Institute for Child Health and Human Development Study of Early Child Care and Youth Development yang melibatkan 1300 perempuan menunjukan bahwa perempuan yang bekerja di luar rumah walaupun hanya part-time memiliki Kesehatan mental yang lebih baik dan lebih sedikit mengalami gejala depresi dibandingkan dengan perempuan yang mencurahkan waktunya untuk mengurusi rumah dan keluarga (Indriana, 2008). Sedangkan menurut penelitian lain yang dilakukan oleh portal berita di Amerika, Gallup, ibu rumah tangga tidak sebahagia ibu yang bekerja diluar rumah. Penelitian ini menunjukan bahwa ibu rumah tangga mengalami emosi negative lebih banyak seperti khawatir, sedih, marah, stress, dan depresi, dibandingkan mereka yang bekerja kantoran. Berdasarkan penelitian tersebut hal ini menunjukan bahwa menjadi ibu rumah tangga bukanlah jaminan membuat Wanita Bahagia. 

Tidak semua pihak tahu bahwa pekerjaan sebagai ibu rumah tangga sangat lah melelahkan dapat menguras fisik dan mental, bahkan anak dan suami pun terkadang tidak menyadari hal tersebut sehingga membuat ibu menjadi sangat tertekan dan tidak berarti.

Berikut ciri-ciri ibu rumah tangga yang mengalami depresi?

Carr (2001) mengungkapkan beberapa gejala depresi ringan yang bisa dideteksi antara lain sebagai berikut: 

  1. Mudah marah atau kondisi emosi tinggi, 
  2. Nafsu makan meningkat atau justru menurun drastis, 
  3. Sering menyendiri, 
  4. Mudah menangis dan bersedih, 
  5. Mudah terserang sakit kepala dan masalah pencernaan, 
  6. Insomnia dan konsentrasi berkurang, 
  7. Tertekan pesimis dan mudah putus asa, 
  8. Sering sakit-sakitan karena kondisi tubuh kurang prima. 


Menurut the National Institute of Health ada beberapa faktor yang menyebabkan ibu rumah tangga rentan mengalami depresi:

  1. Memiliki keluarga dengan riwayat mood disorder atau gangguan perubahan suasana hati yang ekstrem.
  2. Mengalami mood disorder pada masa reproduksi (atau disebut juga dengan usia subur, yaitu usia 15 hingga 49 tahun).
  3. Ada anggota keluarga dekat yang juga mengalami depresi. Depresi bisa menurun. Ketika hal ini terjadi, biasanya depresi dimulai di kisaran usia 15 hingga 30 tahun.
  4. Dampak dari penggunaan obat tertentu.
  5. Kesulitan dalam mengatur pekerjaan dan mengurus anak.
  6. Mengalami kekerasan secara fisik atau pun seksual saat anak-anak.
  7. Kehilangan pekerjaan, bercerai (terlebih lagi jika menjadi orangtua tunggal), hubungan buruk dengan pasangan, dst.
  8. Mengalami postpartum depression.
  9. Menopause. Kadar hormon estrogen yang menurun ketika memasuki masa menopause, memicu perubahan fisik dan emosional seperti depresi dan kecemasan (anxiety).

 

Meskipun ibu rumah tangga lebih cenderung terkena depresi namun hal ini dapat dicegah!

  1. Menekuni suatu hobi. Temukanlah kegiatan apapun yang dapat bekerja untuk menenangkan mentak dan dapat memberikan anda suasana yang berbeda untuk mengatasi rasa penat pada ibu rumah tangga
  2. Mengenail pemicu stress anda. Pikirkanlah kegiatan yang anda lakukan dalam satu, apakah ada waktu tertntu yang membuat anda merasa menjadi stress? Jika anda telah menmukan situasi yang membuat anda stress, maka hal tersebut akan lebih memudahkan anda untuk mencari solusi yang terbaik supaya stress ini tidak berkembang lebih jauh menjadi depresi.
  3. Refreshing. Refreshing bukan berarti anda harus mengeluarkan banyak uang untuk keluar negri atau ke tempat wisata. Refreshing bisa dilakukan dengan cara yang sederhana, seperti mendengarkan music, meluangkan waktu sendiri untuk membaca buku kesukaan, keluar rumah dan jalan-jalan di sekitar rumah pun akan membuat anda sejenak melupakan penat.
  4.  Sempatkan olahraga. Meluangkan waktu untuk melakukan gerak tubuh dalam satu hari akan membawa dampak positif pada tubuh dan pikiran.
  5. Libatkan anak dan suami. Ketika seorang ibu rumah tangga merasa bahwa mereka harus mengurus semuanya sendiri, maka mulailah untuk melibatkan anak dan suami untuk membantu anda, disesuaikan dengan usia dan kemampuan anak. Dengan hal ini, anda bisa mengajari anak untuk mulai melakukan pekerjaan rumah tangga secara perlahan.
  6. Menghilangkan pikiran negatif. Belajar untuk mengekang pikiran-pikiran negatif yang muncul dalam diri anda, biasakan berpikir positif dan bersyukur atas apa yang telah anda dapatkan sampai saat ini.
  7. Lebih fleksibel. Berusahalah untuk tidak terlalu kaku dalam menerapkan target kegiatan sehari-hari. Beradaptasi dengan berbagai macam situasi yang terjadi dalam rumah dan bersikap lebih fleksibel akan membantu anda ketika menghadapi masalah. (.dosenpsikologi.com, 2020).


Menjadi ibu rumah tangga bukanlah suatu hal yang mudah, tapi bukan berati menjadi ibu rumah tangga adalah sebuah pilihan yang salah. Hanya saja ada hal-hal yang perlu diperhatikan dan dipersiapkan. Bukan hanya tentang persiapan bagaimana merawat keluarga namun perlu juga mengetahui bagaimana merawat diri sendiri agar tetap bisa menjalankan kehidupannya dengan sehat secara fisik dan mental.

Reference

  1. Amitya, B.R., Iriani, I.H., (2014). Gambaran Coping Stress pada Ibu Rumah Tangga yang Tidak Bekerja. Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi Vol.3 No.1 April 2014.
  2. Carr, A. (2001). Abnormal psychology. Sussex : Psychology Press.
  3. Dosenpsikologi.com (2020, April 20). 16 Cara mengatasi stress pada ibu rumah tangga secara efektif. Di akses dari www.dosenpsikologi.com>Psikologi sosial.
  4. Indriana, Y., Kristiana, I.F., Sonda, A.A., & Intanirian, A. (2008). Tingkat stress lansia dipanti werdha “pucang gading” Semarang. Jurnal Psikologi UNDIP, 8.
Baca Selengkapnya
Self Care

Merasakan Gejala Fisik dan Psikologis karena Menstruasi? Ini Dia Cara Mengatasinya!





Gejala apa saja yang kamu rasakan ketika sedang menstruasi? Apakah terdapat gejala fisik? Psikologis? Atau keduanya? 


Menstruasi merupakan proses fisiologis alami yang dialami oleh wanita usia reproduksi dengan melibatkan peluruhan bulanan dan perbaikan dinding rahim (Abbas, et al., 2020). Terdapat beberapa siklus menstruasi (Raypole, 2021), yaitu:

  1. Fase menstruasi: Fase menstruasi terjadi selama tahap pertama siklus. Ketika menstruasi berakhir, maka tahap ini berakhir.
  2. Fase folikuler: Fase yang dimulai pada hari pertama menstruasi dan berlangsung hingga ovulasi.
  3. Ovulasi: Fase ini terjadi pada tengah siklus menstruasi.
  4. Fase luteal: Fase yang dimulai setelah ovulasi.


Gejala fisik dan psikis dapat dialami ketika proses menstruasi berlangsung, bahkan juga sebelum masa menstruasi (Abbas, et al., 2020) diantaranya:

  1. Sakit punggung
  2. Nyeri payudara
  3. Perut kembung atau sakit perut
  4. Perubahan berat badan
  5. Sakit kepala
  6. Perubahan suasana hati
  7. Munculnya jerawat
  8. Kehilangan nafsu makan


Selain gejala yang dirasakan sebelum masa menstruasi, ketika sedang berada pada siklus menstruasi, terdapat beberapa gejala yang mungkin dirasakan (Handy, Greenfield, Yonkers, Payne, 2022), yaitu ketidaknyamanan fisik, seperti nyeri payudara dan nyeri sendi, yang bisa berkaitan dengan gejala psikologis, seperti peningkatan tekanan psikologis, iritabilitas, penurunan self-esteem, peningkatan konflik antarpribadi, berkurangnya keterlibatan sosial, depresi, dan isolasi. Namun, kesehatan mental ketika menstruasi juga dapat berdampak pada siklus menstruasi (Bashforth, 2021). Hal ini menjadi salah satu penekanan bahwa fisik dan psikologis sangat berkaitan.


Gejala fisik dan psikososial yang dialami oleh individu ketika berada di siklus menstruasi memengaruhi aktivitas sehari-hari dan kualitas hidup (Abbas, et al., 2020). Tetapi, kadang individu belum terbuka mendiskusikan terkait hal ini karena masih ada yang menganggap pembicaraan ini merupakan topik yang tabu. Sehingga, kadang individu juga tidak mengetahui banyak terkait menstruasi dan tidak melakukan usaha tertentu dalam rangka meningkatkan kebersihan menstruasi dan kualitas hidup secara keseluruhan. 


Beberapa hal yang bisa dilakukan ketika merasakan gejala pre-menstruasi (New Zealand Family Planning, n.d.) dan ketika sedang menstruasi (Bashforth, 2021), diantaranya: 

  1. Menghindari alkohol dan rokok
  2. Minum air yang cukup
  3. Makan makanan sehat 
  4. Melakukan olahraga
  5. Memantau siklus menstruasi agar dapat menyadari perubahan psikologis yang dialami, sehingga dapat segera diatasi dengan self-care yang paling cocok
  6. Berlatih manajemen stres: healthy eating, menghindari alkohol, tidur dengan baik, dan teknik relaksasi
  7. Melakukan aktivitas di luar ruangan 
  8. Berlatih mindfulness untuk membantu mengelola pikiran dan stres serta terhubung dengan diri sendiri. Salah satu latihan yang bisa dicoba adalah dengan melakukan meditasi


Namun, salah satu yang perlu diingat adalah jika kita membutuhkan bantuan, jangan ragu untuk mencari pertolongan profesional. Hal ini dikarenakan sepanjang siklus menstruasi terdapat kadar hormon tertentu yang naik dan turun yang berpengaruh pada cara berpikir dan merasa secara psikologis serta fisik (Office on Women’s Health, 2021). Sehingga, kondisi kesehatan mental dapat menyebabkan masalah menstruasi yang lebih buruk, seperti premenstrual dysphoric disorder (PMDD) yang singkatnya merupakan kondisi mirip dengan gejala pre-menstruasi, tetapi dengan gejala yang lebih parah, termasuk diantaranya depresi berat dan gejala lainnya yang sulit ditangani, sehingga fungsi sehari-hari terganggu. Biasanya gejala muncul pada wanita dengan kecemasan atau depresi. Tidak hanya itu, tetapi juga masalah menstruasi yang tidak teratur. Melalui bantuan profesional, individu bisa diberikan perawatan yang paling sesuai, seperti terapi untuk mendiskusikan terkait skill dan teknik coping, mengelola stres dan kecemasan, serta membantu dalam identifikasi dan eksplor penyebab, juga pemberian obat atau suplemen jika memang dibutuhkan (Raypole, 2021). 


Maka dari itu, yuk kenali diri secara dalam, sehingga kita juga bisa mengelola gejala siklus menstruasi dengan lebih baik!



Referensi:

Abbas, K. et al. (2020). Physical and psychological symptoms associated with premenstrual

syndrome and their impact on the daily routine of women in a low socioeconomic status locality. Cureus, 12(10)

Basforth, E. (2021). How to look after your mental health during your menstrual cycle.

Diakses pada tanggal 3 Desember 2022 dari https://patient.info/news-and-features/how-to-look-after-your-mental-health-during-your-menstrual-cycle

Handy, A. B., Greenfield, S. F., Yonkers, K. A., & Payne, L. A. (2022). Psychiatric

symptoms across the menstrual cycle in adult women: A comprehensive review. Harv Rev Psychiatry, 30(2), 100-117

New Zealand Family Planning. (n.d.). Managing your period. Diakses pada tanggal 3

Desember 2022 dari https://www.familyplanning.org.nz/advice/periods/managing-your-period

Office on Women’s Health. (2021). Reproductive health and mental health. Diakses pada

tanggal 3 Desember dari https://www.womenshealth.gov/mental-health/living-mental-health-condition/reproductive-health-and-mental-health#:~:text=Throughout%20your%20monthly%20menstrual%20cycle,Premenstrual%20syndrome%20(PMS).

Raypole, C. (2021). Depression during your period? Here’s why it happens and how to cope.

Diakses pada tanggal 3 Desember 2022 dari https://www.healthline.com/health/depression/menstrual-depression

Baca Selengkapnya
Self Care

Pola Makan Esktrim Termasuk Gangguan Psikologis?





Pernah ga sih kalian merasa kalo badan kalian gendut terus? Pernah juga selalu memuntahkan makanan yang dimakan hanya untuk kurus? Atau mungkin pernah diet sembarangan seperti ga makan sama sekali hanya minum air putih? Tau ga sih ternyata itu termasuk kedalam gangguan psikologi loh. Gangguan ini disebut gangguan makan. Apa sih gangguan makan itu, yuk kita bahas.


Jenis Gangguan Makan

Gangguan makan adalah gangguan perilaku makan atau perilaku dalam mengontrol berat badan. DSM-IV mengklasifikasikan ada tiga jenis gangguan makan yaitu:

  • Anorexia nervosa

Anorexia Nervosa ditandai dengan keengganan untuk menetapkan berat badan normal, penyimpangan pandangan terhadap tubuh, ketakutan ekstrim menjadi gemuk, dan perilaku makan yang sangat terganggu. Orang yang memiliki anoreksia nervosa membuat dirinya merasa tetap lapar. Biasanya terjadi pada remaja wanita. Tujuan mereka membuat dirinya lapar adalah agar mereka memiliki penampilan fisik yang ramping dan menarik perhatian lawan jenisnya. Orang yang memiliki anoreksia nervosa juga memberi penolakan untuk mempertahankan berat badan yang sehat dan rasa takut yang berlebihan terhadap peningkatan berat badan akibat pencitraan diri yang menyimpang. 


  • Bulimia nervosa

Bulimia nervosa adalah gangguan pola makan yang ditandai dengan usaha untuk memuntahkan kembali secara terus-menerus apa yang telah dimakan sebelumnya. Bulimia nervosa yaitu sebuah kelainan cara makan yang terlihat dari kebiasaan makan berlebihan yang terjadi secara terus menerus, sering terjadi pada wanita. Kelainan tersebut biasanya merupakan suatu bentuk penyiksaan terhadap diri sendiri. Yang paling sering dilakukan adalah membuat dirinya muntah, kadang-kadang disebut pembersihan; puasa, serta penggunaan laksatif, enema, diuretik, penggunaan obat pencahar sehingga dapat merangsang seorang penderita bulimia untuk memuntahkan makanan yang telah ia makan dan olahraga yang berlebihan


  • Binge-eating disorder

Ketika seseorang makan dalam jumlah banyak dalam waktu singkat, bahkan sampai merasa tidak nyaman atau kekenyangan banget. Biasanya, mereka makan secara terus menerus walaupun sebenarnya tidak lapar. Nah, yang bikin beda dari makan biasa adalah perasaan "tidak bisa berhenti" dan kadang muncul rasa bersalah atau malu setelahnya. Ini bukan cuma soal makan terlalu banyak, tapi juga soal emosi yang tidak terkendali. Jadi, seringkali binge eating ini jadi cara buat "mengatasi" stres, kecemasan, atau emosi negatif lainnya.


Faktor Terjadinya Gangguan Makan

Menurut Rukmana (2017): 

  • Minder, tertekan, bullying, dll. 
  • Masa lalu yang tidak menyenangkan bisa membuat seseorang mengalami gangguan makan. 
  • Upaya untuk menarik perhatian lawan jenis sehinga menginginkan bentuk tubuh yang ideal sehingga dianggap menarik.

Menurut Krisnani, Santoso, & Putri (2017):

  • Faktor sosio-kultural

Tekanan yang berlebihan pada wanita muda untuk mencapai standar kurus yang tidak realistis. 

  • Faktor psikologis


Diet yang sangat membatasi makan. Ketidakpuasan pada tubuh memicu dilakukannya cara-cara yang tidak sehat untuk mencapai berat badan yang diinginkan. Merasa kurang memiliki kontrol atas berbagai aspek kehidupan selain diet. Kesulitan berpisah dari keluarga dan membangun identitas individual. Kebutuhan psikologis untuk kesempurnaan.

  • Faktor keluarga 

Keluarga dari pasien gangguan makan seringkali memiliki karakteristik yang sama yaitu adanya konflik, kurang kedekatan dan pengasuhan, serta gagal dalam membangun kemandirian dan otonomi pada diri anak perempuan mereka. Dari perspektif sistem keluarga, gangguan makan pada anak perempuan dapat memberi keseimbangan pada keluarga yang disfungsional dengan mengalihkan perhatian dari masalah keluarga ataupun masalah pernikahan.


Cara mengatasi gangguan makan:

  1. Belajar untuk mengganti pola makan yang tidak baik menjadi lebih sehat dan terarah
  2. Diskusikan kepada orang sekitar tentang apa yang dirasakan
  3. Meyakini bahwa body image setiap individu berbeda
  4. Meningkatkan rasa percaya diri dalam tubuh
  5. Mencari tahu bahaya diet yang tidak baik


Referensi:

https://hellosehat.com/parenting/remaja/kesehatan-remaja/mengatasi-gangguan-makan-pada-remaja/

Krisnani, Hetty., Santoso, M.B., Putri, Destin. 2017.  Gangguan Makan Anorexia Nervosa dan Bulimia Nervosa Pada Remaja. Prosiding Peneltian & Pengabdian Kepada Masyarakat. 4(3).

Rukmana, Labibah. 2017. Kepercayaan Diri Pada Wanita Dewasa Awal Penderita Binge Eating. Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma. 10(2)

Baca Selengkapnya
Self Care

Kekerasan Seksual? Berikut Penjelasan Mengapa Kita Harus Paham Tentang Pelecehan Seksual





Kekerasan seksual menjadi sebuah isu yang selalu diperbincangkan dan banyak sekali fenomena tersebut terjadi di sekitar kita. Kekerasan seksual juga dapat menyerang laki-laki maupun perempuan, hanya saja korban dari kekerasan seksual biasa nya adalah perempuan, hal ini terjadi karena perempuan kerap kali dipandang sebagai makhluk atau object lemah oleh pria. Menurut survey terbaru terdapat kasus kekerasan seksual pada wanita sebanyak 338.496 pada tahun 2022, kasus ini meningkat 50% dari tahun sebelumnya yaitu 2021 (KOMNAS perempuan, 2022).


Terdapat beberapa jenis kekerasan seksual:

  • Familia Abuse

Jenis kekerasan seksual ini adalah kekerasan seksual dimana pelakunya adalah anggota masih dalam hubungan darah, menjadi bagian dalam keluarga inti korban.

  • Extra Familia Abuse

Kekerasan seksual ini adalah kekerasan yang dilakukan oleh orang lain yang tidak termasuk dalam anggota keluarga korban, atau bisa dikatakan orang lain (Noviana, 2015).


Meliputi apa sajakah kekerasan seksual itu?

  • Pemerkosaan

Pelaku pemerkosaan ini umumnya adalah laki-laki. Terjadi biasanya pada saat dimana pelaku lebih dulu mengancam dengan memperlihatkan kekuatannya kepada korban.

  • Incest

Didefinisikan sebagai suatu hubungan seksual atau aktivitas seksual antara individu yang mempunyai hubungan dekat, yang mana perkawinan di antara mereka dilarang oleh hukum maupun culture

  • Eksploitasi

Hal ini meliputi prostitusi dan pornografi, dan hal ini cukup uni karena sering meliputi suatu kelompok secara berpartisipasi. (Sulastri, Any., 2021).


Ada banyak cara yang dilakukan oleh pelaku untuk melancarkan niat jahatnya ini, mereka selalu mencari celah tidak mengenal tempat dan waktu. Maka dari itu kita sebagai Wanita yang memang sering menjadi target dalam kekerasan seksual harus pintar-pintar mencegah atau meminimalisir sehingga tidak menjadi target atau korban pelecehan seksual, berikut adalah cara yang dapat dilakukan agar terhindar dari kekerasan seksual:

  • Jangan Percaya Penuh

Sebagai makhluk sosial, manusia saling membutuhkan satu sama lain. Akan tetapi, bukan berarti kamu bisa menaruh rasa percaya sepenuhnya, apalagi terhadap orang yang baru ditemui. Jadi, untuk menghindari pelecehan seksual, akan lebih baik bila kamu sedikit menjaga jarak dengan mereka yang bukan anggota keluarga atau kerabat yang benar-benar dekat.

  • Hindari Obrolan Berbau Porno

Obrolan berbau pornografi dapat membuat orang lain berpikir bahwa kamu terbiasa dengan hal-hal yang berbau seksual. Oleh sebab itu, hindari obrolan yang terlalu menjurus ke arah pornografi,terutama dengan orang yang baru dikenal. Dikhawatirkan, lawan bicara sengaja memancing obrolan panjang agar ujung-ujungnya bisa membuat kamu terbawa suasana sehingga tanpa sadar berbicara hal-hal berbau porno. Bila ini terjadi, celah untuk melakukan tindak pelecehan seksual menjadi terbuka lebar.

  • Berani Bersikap Tegas

Kamu tidak dilarang untuk bersikap ramah kepada siapa pun. Namun, kamu tetap harus menjaga image diri agar tidak dicap sebagai orang yang selalu berpikiran dan bersikap terbuka terhadap hal apa pun, apalagi bila berurusan dengan orang yang baru dikenal. Apabila dipaksa atau mengalami perilaku tidak senonoh di luar dugaan, segera ambil tindakan. Ceritakan kejadian yang kamu alami pada anggota keluarga dan kerabat dekat terpercaya yang sudah dikenal lama. Di samping itu, laporkan pula tindakan pelecehan seksual tersebut kepada pihak berwajib agar pelaku segera ditindak.

  • Bersikap Percaya Diri

Menurut salah satu komisioner Komnas Perempuan, Siti Aminah Tardi, wanita yang terlihat tidak percaya diri dan tampak lemah lebih berisiko mengalami kekerasan seksual ketimbang mereka yang percaya diri. Pasalnya, mereka yang tidak percaya diri biasanya lebih takut melawan dan berbicara ketika menjadi korban kekerasan. Oleh karena itu, jadilah lebih percaya diri.

  • Mempersiapkan Alat Pelindung Diri

Di tengah banyaknya laporan terkait kekerasan seksual, maka setiap orang harus lebih mempersiapkan diri agar terhindar dari masalah tersebut. Salah satu bentuk persiapannya adalah membawa alat perlindungan diri seperti semprotan cabe atau alat setrum di dalam tas. Alat-alat tersebut dipersiapkan untuk menghadapi kemungkinan terburuk ketika menghadapi kekerasan dalam bentuk apa pun, termasuk kekerasan seksual.


Tidak ada satupun pasti dari kita yang ingin menjadi korban pelecehan seksual, namun jika sudah terjadi dan kejadian tersebut tidak dapat dihindari inilah yang harus dilakukan oleh korban, mari simak sebagai berikut:

  • Minta Pelaku Berhenti, 

Coba untuk memberitahu dan meminta pelaku untuk berhenti. Ini terbilang sulit dan tak serta merta membuat mereka seketika menghentikannya. Namun, ini adalah salah satu bentuk pertahanan diri awal jika mendapatkan serangan.

  • Ceritakan Pada Orang Terdekat

Saat mengalami pelecehan seksual, jangan pernah merasa kamu harus menjadi satu-satunya orang yang menanggung hal tersebut. Cobalah untuk membicarakan dan ceritakan apa yang dialami kepada orang terdekat atau orang yang dipercaya. Nyatanya, membagi hal ini kepada orang lain bisa memberi sedikit rasa tenang. Dengan demikian, kamu juga bisa mengajak orang tersebut untuk mendiskusikan apa yang harus dilakukan selanjutnya.

  • Segera Lakukan Pemeriksaan Kesehatan

Setelah merasa sedikit tenang, perlahan, bangun kembali diri dan keberanian kamu. Hal ini bisa dimulai dengan melakukan pemeriksaan kesehatan dan ikut konseling. 

  • Laporkan Kepada Pihak Berwenang

Bagi sebagian orang, mengalami pelecehan seksual mungkin dirasa memalukan sehingga enggan melaporkannya kepada pihak berwenang. Namun, percayalah, melaporkan pengalaman pelecehan seksual yang dialami bisa membantu mengurangi kasus-kasus serupa terulang kembali. Agar lebih mudah, mintalah bantuan dari keluarga dekat atau sahabat untuk memproses laporan tersebut. Pastikan semua bukti dan persyaratan hukum sudah lengkap sehingga memudahkan proses pelaporan tersebut.



Reference:

https://www.halodoc.com/artikel/4-hal-yang-mesti-dilakukan-jika-mengalami-pelecehan-seksual.

https://www.klikdokter.com/psikologi/kesehatan-mental/cara-sederhana-untuk-menghindari-pelecehan-seksual.

Sulastri., Any Nurhayaty. (2021). Dinamika Psikolgis Anak Perempuan Korban Kekerasan Seksual Incest: A Case Study. Lampung. Jurnal Psikologi Universitas Muhammadiyah Lampung, 3(1).

Noviana. (2015). Kekerasan Seksual Terhadap Anak:Dampak dan Penanganannya. Jakarta: Sosio Informa.

Baca Selengkapnya
Self Care

Single Women? Siapa Takut!





Menjadi seorang wanita yang belum menikah atau single women tentu punya tantangan. Terdapat berbagai stigma dan stereotip yang dikenakan pada wanita single. Selain itu, penggambaran wanita pada film dan acara televisi yang seringkali dilihat adalah wanita baru bisa merasa “lengkap” ketika sudah menemukan pasangan. Misalnya, karakter Ally Darling pada film komedi romantis What’s Your Number? memulai misinya mencari pasangan hidup dikarenakan mitos yang mengatakan wanita yang pernah menjalani lebih dari dua puluh hubungan dengan orang yang berbeda akan sulit mencari suami. Padahal, kalau menilik lagi kehidupan personal Ally Darling sebelumnya, ia belum memiliki kekhawatiran akan pernikahan sebelumnya. 


Selain pada film atau televisi, stigma terhadap perempuan yang belum menikah atau single women juga bisa dilihat pada pandangan masyarakat di kultur yang berbeda. Kebanyakan pandangan negatif ini bisa ditemukan pada negara-negara di benua Asia. Misalnya di China, wanita yang belum menikah dan berorientasi pada karir menghadapi diskriminasi. Mereka tidak dipandang sebagai “wanita” dikarenakan feminitas secara tradisional diasosiasikan dengan penyerahan diri dan pengorbanan (Gui, 2020). Di Indonesia sendiri wanita yang menunda pernikahan atau memilih untuk menikah dianggap tidak memenuhi ekspektasi sosio-kultural dan kemungkinan mengalami dampak sosial dan psikologis yang negatif (Himawan, Bambling, & Edirippulige, 2018). 


Apa yang menyebabkan wanita single lebih rentan akan stigma? Menurut perspektif evolusi dari Shostak (1987), ketika wanita semakin tua, kehidupan sosialnya akan semakin sempit, penampilan fisik juga semakin menurun, serta kesuburan juga dianggap menurun. Hal ini juga membuat kepercayaan diri wanita semakin menurun. Namun, stigma ini tidak terjadi pada laki-laki yang tidak menikah. Laki-laki dianggap bisa melewati masa lajang karena kemungkinan memiliki anak yang masih terbuka ketika usia lebih tua ataupun status ekonomi yang bisa jadi semakin meningkat. 


Banyak studi yang mengkonfirmasi bahwa tingkat kebahagiaan orang-orang yang sudah menikah lebih tinggi dibanding yang tidak pernah menikah (Himawan, et.al, 2018). Namun, terdapat penemuan juga di Indonesia bahwa orang-orang yang belum menikah lebih bahagia dibanding pasangan yang sudah menikah (Badan Pusat Statistik, 2015). Menurut Situmorang (2007), kebanyakan single women mengaku mendapatkan kepuasan dari berbagai bentuk hubungan lain seperti hubungan dengan saudara, anggota keluarga, atau teman. Orang-orang yang belum menikah juga memiliki hubungan yang lebih bermakna dan dekat dengan orang tua serta saudari dibanding pasangan yang sudah menikah (Morris & DePaulo, 2009). 


Jadi apa tips supaya kita lebih enjoy dalam menikmati masa lajang? 

  1. Buatlah tujuan dan fokus pada diri sendiri. Buatlah target-target yang menantang lalu secara konsisten berjuang mencapai tujuan tersebut. 
  2. Self-care jadi penting! Mendedikasikan waktu untuk merawat diri dengan melakukan aktivitas yang membuat dirimu semakin tenang dan bahagia juga menjadi hal yang penting. 
  3. Journaling, bisa jadi opsi. Menuliskan apa saja hal-hal yang disyukuri setiap hari atau sekedar menuliskan pemikiran dan perasaan yang muncul bisa jadi salah satu bentuk self-care. 
  4. Know your worth. Kebahagiaan tidak selalu datang dari orang lain. Dengan mengetahui apa yang baik dari diri, kepercayaan diri juga akan semakin meningkat. 
  5. Pelajari hal baru. Melibatkan diri di aktivitas baru bisa jadi hal yang menyenangkan yang dapat dilakukan. Misalnya, mengambil kelas musik, menggambar, atau bahkan memulai kembali hobi lama yang sudah ditinggalkan. 
  6. Bangun support system. Menjadi lajang, bukan berarti sendirian. Teman, keluarga, rekan kerja, atau hubungan lainnya bisa jadi opsi orang-orang yang memotivasi dan mendorong diri ke versi yang lebih baik. 


Jadi, jangan takut jadi wanita yang belum menikah. Seperti karakter Carrie Bradshaw dari Sex and The City bilang, “Being single used to mean that nobody wanted you. Now it means you’re pretty sexy and you’re taking your time deciding how you want your life to be and who you want to spend it with.” 



Referensi : 

Gui, T. (2020). “Leftover Women” or Single by Choice: Gender Role Negotiation of Single Professional Women in Contemporary China. Journal of Family Issues, 41(11), 1956–1978. https://doi.org/10.1177/0192513X20943919

Himawan, K. K., Bambling, M., & Edirippulige, S. (2018). What Does It Mean to Be Single in Indonesia? Religiosity, Social Stigma, and Marital Status Among Never-Married Indonesian Adults. SAGE Open, 8(3). https://doi.org/10.1177/2158244018803132

Shostak, A. B. (1987). Singlehood. In M. B. Sussman & S. K. Steinmetz (Eds.), Handbook of marriage and the family (pp. 355-367). New York, NY: Plenum Press. 

Situmorang, A. (2007). Staying single in a married world. Asian Population Studies, 3, 287-304.

Badan Pusat Statistik. (2015). Indeks kebahagiaan Indonesia tahun 2014 [Statistics Indonesia]. Retrieved from https://www.bps. go.id/pressrelease/2015/02/05/1117/indeks-kebahagiaan-indo- nesia-2014-sebesar-68-28-pada-skala-0-100.html 

Jalili, C. (2018, September). 9 Ways Being Single Can Improve Your Life. Time. https://time.com/5401028/benefits-being-single-experts/

Norris, R. (2022, February 28). 12 Expert Tips for How To Be Happy Alone, No Matter Your Relationship Status. https://www.wellandgood.com/how-to-be-happy-alone/

Baca Selengkapnya